
Karena interfil
Ia ditinggalkan
Tapi Murni hadir menanggalkan
Kenangan dan perasaan lewat goresan
Pada setiap lukisan substil ia menyuarakan
Murni kuat mendobrak bagai martil
Lewat lukisan dan imajinasi
yang dinilai kontroversi
ia terus hadir
Murni menyembuhkan dirinya sendiri
Menyemai setiap mimpi-mimpi
Bahwa hidup tak hanya dihabiskan untuk suami
Untuk melayani dan mengayomi
“Hah! Kamu pikir aku stiker mobil polisi?” pikirnya dalam hati
Tapi Murni sadar bahwa ia hidup di negeri yang patriarki
Yang semuanya hanya soal laki-laki
Pada setiap lukisannya murni berpesan
Bahwa tak ada satu pun perempuan yang pantas dilecehkan
Begitu pun tuan dan puan
Tau apa negara soal selangkangan?
Sejak RUU Kekerasan dan Pelecehan Seksual tak terdengar berkelanjutan
Berapa kali women March yang perlu kami selenggarakan?
Agar mata tuan dan puan bergegas menyaksikan!
Apa iya kau perlu alat pendengar?
Agar suara kami yang bersatu tak mudah dilupakan
Terdengar hingga setiap sudut desa dan perkotaan
Lalu kapan kamu berani bersuara menolak patriarki?
Februari 2018
- Puisi ini pernah dibacakan saat Women March Bali 2018