MEMAYU HAYUNING BAWANA (2022)

The anthology Memayu Hayuning Bawana: Antologi Cerita Pendek Emerging Writers 2022 is a collection of short stories from ten emerging writers in the UWRF 2022. In response to various surrounding themes, they develop dense and captivating stories using aesthetic explorations, dexterous language, narrative composition, and foresight. These are Indonesia’s young literacy voices. Let their words reach every corner of the globe.

Antologi Memayu Hayuning Bawana: Antologi Cerita Pendek Emerging Writers 2022 adalah kumpulan cerita pendek dari sepuluh penulis emerging di UWRF 2022. Menanggapi berbagai tema di sekitarnya, mereka mengembangkan cerita yang padat dan menawan dengan menggunakan eksplorasi estetika, bahasa yang terampil, komposisi narasi, dan pandangan-pandangan maju. Inilah suara literasi anak muda Indonesia. Biarkan karya-karya mereka mencapai setiap sudut dunia.

Andi Makkaraja, Awi Chin, Puspa Seruni, Eko Darmoko, Iin Farliani, Putu Juli Sastrawan, Wayan Agus Wiratama, Sasti Gotama, Muhamad Nanda Fauzan, dan Ricky A. Manik.

 

PESAN SEKARANG:

TOKOPEDIA / SHOPEE

PARADE YANG TAK PERNAH USAI (2022)

Bagaimana bila konsep queer yang menolak keajegan kotak-kotak gender dan seksualitas dipadankan dengan pengembaraan dan penjelajahan terhadap suatu masa yang penuh rahasia, sekaligus hanya dapat didekati oleh imajinasi yang tak dibendung oleh batas-batas apapun?

17 cerita pendek dalam buku ini menyajikan penjelajahan atas keberagaman tersebut dengan pendekatan yang kaya. Para penulis buku ini berasal dari berbagai latar belakang, seperti novelis, aktivis Queer, penerjemah, peneliti, dosen, guru, karyawan swasta, sineas, praktisi yoga, dan mahasiswa pasca sarjana. Mereka menulis ragam cerita mengangkat isu gender dan seksualitas-yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada-lesbian, biseksual, gay, dan transgender (LGBT), melainkan juga pelbagai kemungkinan relasi identitas, dan keberadaan diri yang melampaui label-label tersebut.

“Kumpulan cerita ini menyadarkan kita bahwa pertanyaan komunitas kuir (queer) Indonesia tidak lagi sekadar siapa kita, namun juga bagaimana kita bergerak dan berinteraksi dalam lanskap sosial yang lebih luas. Ia tidak hanya sibuk menawarkan isu politik identitas, namun juga politik solidaritas. Tawaran ini penting dan mendesak untuk mengevaluasi visi komunitas kuir kita.”
— Joned Suryatmoko, Peneliti dan Peminat Pertunjukan Kuir

 

PESAN SEKARANG

KULIT KERA PIDUKA (2020)

Penemuan manuskrip perihal kulit kera membuat ambisi Piduka layaknya gulma rumput setan yang tanpa disadari kian hari kian menggerogotinya. Dengan menjadikan anaknya jalan pintas mencapai mimpi panjangnya;Piduka melakukan apapun untuk anaknya, termasuk membuat ramuan asahan kulit kera. Sekelebat bayang-bayang setia hadir menyambangi kepalanya, mengatakan padanya bahwa asahan kulit kera yang ia siapkan akan mengantarkan anaknya menjadi laris, menjadi idola banyak orang dan menjadi alasan jogednya paling ditunggu di desa-desa.

Tapi,  pariwisata begitu merayu gadis bakal penari joged itu untuk pergi ke daerah selatan. Ada yang bercerita di dalam kepalanya; dia tidak memiliki cukup uang tapi dia ingin membantu orang tuanya tapi ia tidak ingin dibicarakan teman-temannya tapi ia suka menari tapi dia ingin bekerja di selatan tapi orang tuanya tidak mengijinkan.

Dalam kepalanya muncul keinginan jika sebaiknya ia lari dari rumahnya atau menggantung dirinya atau menggorok lehernya atau mengiris nadinya atau membenturkan kepalanya atau menyetrum dirinya atau meracun dirinya atau membakar dirinya?

“Iya benar, pilihan yang terakhir saja, membakar diri,” bisiknya.

*

Obat kelamin laki-laki, bahan: hidung babi hutan, potong dan dipanggang (namun) jangan sampai masak (setengah matang) dimakan dengan kencur, bawang putih, merica, garam yang disangrai. Diminum bersama berem segar dan sudah keluar buihnya. Mantranya diucapkan tiga kali.